Belajar hidup sederhana. Sepertinya terlihat simpel, namun butuh usaha yang ekstra dalam penerapannya. Konsistensi terhadap diri sendiri supaya tidak tergoda belanja ini itu kalo sedang ada uang lebih. Pun jika kita ingin mengajari anak-anak hidup sederhana. Butuh kerjasama dari kedua orangtua.
Kali ini yang mau aku bahas adalah AC. Dulu banget pas awal menikah, cuma pakai kipas angin. Lalu ketika anak kedua lahir, varah, mulai beli AC karena sering demam karena masuk angin. Setelah varah usia TK, varah mulai tidur bareng kak cya. Di kamar kak cya tidak ada AC. Dan mulailah muncul kebutuhan tuk beli satu AC lagi. Karena varah tidak bisa tidur tanpa AC.
Dari sini, muncul beberapa keprihatinan saya, yang pertama kalo mudik gimana ya, padahal di rumah mbahkung dan mbahuti nya gak ada AC. Yang kedua tagihan listrik pasti bertambah.
Saya mencoba berbicara dengan anak-anak. It's ok di rumah ada AC. Tetapi jika kita menginap di tempat lain, tolong hormati tuan rumah dan jangan mengeluh jika tidak ada AC. Apalagi sampai memgucapkan ketidaksukaan tidur di rumah mbahkung mbahuti hanya karena tidak ada AC.
Masih tentang AC, kak Varah dan kak Cya di kala libur sekolah seringkali menyalakan AC seharian. Ini kebiasaan anak-anak yang aku kurang suka. Jadi seringkali aku matikan AC nya dengan alasan, maaf hemat listrik, bayar listriknya mahal sekarang. Atau alasan lain, maaf ya, mama kedinginan, mama kurang enak badan dll. Beberapa alasan tersebut, kadangkala gak mempan lagi. Jadi cara terakhir adalah memberi penjelasan panjang kali lebar tentang perlunya berhemat.
#day7
#kuliahBunsayIIP
#Tantangan10hari
#GameLevel8
#RejekiItuPastiKemuliaanHarusDicari
#cerdasFinansial
#varahstory
Komentar
Posting Komentar